Senin, 24 Juli 2017

Hari ke - 10

Tantangan hari ke 10, Ahad 23 Juli 2017
Hari itu kami berencana menghadiri sebuah acara halal bihalal.  Ayahnya sudah berpesan untuk mempersiapkan anak-anak agar ketika Ayahnya pulang tahsin,  tinggal berangkat. 
Dina setelah shalat subuh tidur lagi. Bangun tidur setelah adeknya bangun sekitar pukul 7 (he.. Hehehe... Hari ahad hari bebas bangun tidur sesukanya). Seperti biasa,  Fahmi ketika bangun tidur butuh jeda waktu untuk turun dari tempat tidur dan beraktivitas.  Dan saya pun harus menemaninya sampai dia bersemangat.
Begitu dah semangat beraktivitas,  saya mengingatkan Fahmi untuk mandi lebih pagi karena kami akan pergi bersama.  Saya tawarkan kepadanya untuk makan,  namun dia belum mau.  Kalau sudah begitu,  biasanya saya lepas dia untuk beraktivitas.  Ketika merasa lapar dan haus,  dia akan mengambil sendiri susu UHTnya dikulkas dan minum sendiri.
Sampai akhirnya kami mandi dan berangkat,  Fahmi tetap belum mau makan.  Kami pun pergi  bersama ke acara halal-bihalal tersebut sekitar pukul 09.00. Disana sebetulnya saya pindah "momong"  karena tidak bisa mengikuti rangkaian acaranya. Fahmi lebih memilih bereksperimen diluar,  berlarian kesana kemari disela-sela mobil yang diparkir. Walaupun tidak harus membuntutinya seperti waktu masih kecil,  saya tetap harus mengawasinya.  Mbak Dina saya tinggal didalam ruangan tempat acara.
Kami pulang sekitar pukul 11.30. Dalam perjalanan pulang,  kami mampir membeli cilok langganan keluarga kami. Sampai dirumah, plastik kresek tempat cilok langsung dibongkar oleh Fahmi. Mbak pengasuh pun langsung menghampiri Fahmi karena waktu itu saya sedang menaruh tas.  Cilok dibagi tiga oleh Mbak.  Piring kecil untuk Fahmi,  Piring besar untuk Dina,  saya dan Mbak.  Disisain satu mangkuk lagi untuk Ayahnya. Piring kecil pun langsung ditaruh didepan Fahmi.  Dengan lahap dia makan cilok tersebut.  Satu persatu dia tusuk,  dicelup ke bumbu walau cuma ujungnya saja.  Ketika kepedasan,  dia ambil minum digelas miliknya.  Berulang-ulang seperti itu,  walau kepedasan,  dia tetap menghabiskan ciloknya sambil minum
Karena sudah kekenyangan makan cilok,  Fahmi belum bersedia ditawari makan besar.  Hingga tidur siang,  dia belum makan nasi.
Sore hari setelah bangun,  Fahmi pun terasa lapar dan minta makan.  Berhubung saya sedang sibuk dengan kakaknya yang sedari siang mengeluh sakit perut,  kebutuhan Fahmi dipegang oleh Mbak Pengasuh.  Dan disitulah saya lupa untuk mengingatkan Mbak tentang latihan kemandirian Fahmi.  Dan akhirnya sampai habis makannya,  Fahmi disuapin oleh Mbak. Deuh... Deuh... Deuuh... 

Minggu, 23 Juli 2017

Amazing

Tantangan hari ke-9 Sabtu,  22 Juli 2017
Masih seputar melatih kemandirian si kecil untuk makan sendiri.  Hari itu jadwal saya kuliah.  Sebelum berangkat saya usahakan si kecil sarapan dulu.  Terkadang dia belum mau,  hari itu saya sedikit paksakan karena malam sebelumnya dia tidak makan malam. 
Sarapan pagi biasanya nyari yang simple. Nasi plus ceplok telur atau nugget(he..he...jangan ditiru yang ini). Anak-anak masih malas makan sayur kalau pagi.  Alternatif yang saya berikan,  di kulkas pasti ada jus. 
Setelah saya ambilkan nasi dan lauk untuk Fahmi, saya bujuk dia untuk makan sendiri.  Dengan berbagai bujukan dan motivasi masih nggak mempan juga.  Terpaksa saya suapin juga.  Saya menyerah  karena dikejar waktu harus segera berangkat kuliah. 
Belum selesai saya nyuapin,  ada kebutuhan untuk BAB.  Saya pun pamit kepada Fahmi untuk ke kamar mandi.  Setelah menyelesaikan hajat,  saya kembali kepada Fahmi untuk meneruskan makannya.  Dan ternyata makanannya sudah habis. Saya bertanya ke mbak Dina,  apakah dia nyuapin Fahmi.  Dina bilang tidak.  Sementara itu Mbak Pengasuh sedang mencuci dikamar mandi.  Berarti Fahmi menyelesaikan sendiri makannya.  Surprise banget.  Alhamdulillah. 
Hikmah yang bisa saya ambil,  sebenarnya anak-anak itu "amazing".  Kewajiban orang tua untuk mendidik dan mengarahkan agar anak semakin berkembang dengan "amazing" nya tersebut menuju kesolehannya. 

Sabtu, 22 Juli 2017

Tentang si kecil

Tantangan hari ke-8, Jumat 21 juli 2017
Sudah seminggu saya melatih kemandirian mbak Dina.  Putri sulung saya.  Kini saatnya saya beralih kepada Fahmi,  putra saya yang nomor dua.  Meskipun tidak dinarasikan disini,  tantangan kemandirian kepada mbak dina tetap berlanjut. 
Tentang si kecil Fahmi,  dia sekarang berusia 3 tahun 7 bulan.  Alhamdulillah sejak dua tahun sudah tidak pakai pampers kecuali kalau pergi-pergi saja. Dan usia tiga tahun, toilet traininingnya sudah berhasil.  Dia lepas pampers sama sekali.  Dan untuk BAB BAK langsung ke kamar mandi.  
Ditantangan kemandirian ini saya ingin melatih Fahmi untuk makan sendiri. Bukannya dia tidak bisa,  kadang keasyikan main atau rasa malasnya timbul. He.. He... (niru ibunya ini). 
Hari itu,  sy mendapat laporan dari mbak.  Makan pagi masih minta disuapin.  Akan tetapi makan siang,  sudah mau makan sendiri.  Malamnya Fahmi tidak makan besar.  Dia  biasa ngemil entah itu susu,  kue,  jus atau yang lainnya.  Dan ketika sudah merasa kenyang,  dia tidak makan berat lagi.
Bagi saya,  melatih kemandirian untuk Fahmi lebih menantang.  Sifatnya jauh beda dengan kakaknya.  Dia cenderung lebih ngeyel dan "kekeh"  terhadap kemauannya.  Kalau sekali bilang tidak,  dia tidak akan mau melaksanakan yang kami minta.  Dibujuk atau diimingi sesuatu pun tidak mempan untuknya.  Yach,  smoga sifat ini akan membawamu menjadi seseorang yang teguh memegang agamamu ketika kau besar nanti ya nak!!! 

Kamis, 20 Juli 2017

Ibrah selama 7 hari

Tantangan hari ke-7, Kamis,  20 Juli 2017
Hari ini adalah hari terakhir tantangan kemandirian untuk sesi rapi-merapikan. Pada hari tersebut,  merapikan mukena, menaruh dan mencuci piring bekas makan serta merapikan mainan sudah dilaksanakan.  Namun,  tempat makan snack yang dari sekolah masih tetap ditaasnya. Hu... Hu.... 
Beberapa catatan penting selama satu minggu ini saya rangkum sebagai berikut :
1. Dari segi emosi,  mbak dina sudah lebih tertata.  Ketika dia lupa melaksanakan tugasnya,  dengan diingatkan dia akan jalan dan tidak marah-marah lagi seperti sebelumnya-sebelumnya.  Sambil terus diingatkan dan dimotivasi,  seiring usia yang semakin bertambah,  saya yakin mbak dina akan lebih terampil. 
2. Sebagai ibu,  kita tidak boleh letih dan menyerah untuk terus mengingatkan dan menyemangati.  Jangankan untuk seumuran anak-anak kita,  kita sendiri yang orang dewasa kadang malas nelakukan hal-hal tersebut(atau ini saya aja ya? He.. He.. He...).  Disitulah pentingnya istiqomah sebagaimana yang pernah saya tulis sebelumnya
3. Ibu harus pandai mencari moment-moment terbaik untuk memberikan nasehat kepada anaknya agar lebih mengena dan dipahami. 

Rabu, 19 Juli 2017

Tentang istiqomah

Tantangan hari ke-6 Rabu,  20 Juli 2017
Masih terngiang beberapa tahun yang lalu, ustadzah menjelaskan tentang materi istiqomah.  Begitu beratnya istiqomah karena perbuatan itu menuntut adanya konsekuensi yang terus menerus dan tidak pernah putus.
Materi tentang istiqomah ini sangat tepat diaplikasikan dalam menjalani tantangan game dibunda sayang ini.
Pagi hari selesai shalat,  mukena sudah dilipat.  Namun untuk menaruh ditempat semula,  masih harus diingatkan.  Kemudian selesai makan, piring sudah dibawa ke tempat cuci piring dan langsung dicuci saat itu juga. Akan tetapi tempat snack ke sekolah masih ditas,  dan saya panggil mbak Dina dan menemaninya mencucinya.
Shalat maghrib dan isya,  melipat mukena sudah dilaksanakan.  Yang masih harus terus didampingi dan diingatkan adalah menaruhnya ditempat semula.
Menemani Mbak Dina berkreasi dengan Kapla dipetang harinya.  Sembari mengingatkan juga tuk membereskan kembali setelah selesai.  Dan alhamdulillah,  puas berkreasi,  dia membereskan mainan kaplanya.  Sambil tetap ditemani dan diberikan motivasi.
Sebagai seorang ibu,  kita harus senantiasa istiqomah dalam menjalani peran tersebut. Istiqomah menahan amarah dan kesal melihat buah hati yang kadang muncul "kepintarannya".  Istiqomah menemani dan mengingatkan ananda dalam menjalani aktivitas kesehariannya menuju proses kemandiriannya. Istiqomah dalam berperilaku dan berakhlaq mulia dalam rangka menjadi contoh yang terbaik bagi putra-putri tercinta.

Selasa, 18 Juli 2017

Pernak-pernik tantangan

Tantangan hari ke-5 Selasa, 18 Juli 2017
Berhubung target kemandirian merapikan buku yang dibaca sering tidak terlaksana karena berbagai alasan,  mulai hari ke-5 saya memperluas cakupan tantangan kemandirian untuk mbak Dina.  Masih seputar rapi-merapikan. Dihari ini,  tidak hanya merapikan buku saja,  ditambah dengan merapikan mainan,  merapikan mukena setelah shalat dan merapikan bekas makan.  Merapikan bekas makan dalam hal ini meliputi menaruh tempat makan sekaligus mencucinya hingga bersih. 
Pagi itu,  setelah makan saya ingatkan mbak dina untuk merapikan bekas makanannya.  Alhamdulillah dia bergerak dan melakukannya tanpa ada "sungut"  di muka. Namun,  siangnya dia lupa menaruh dan mencuci tempat snack sepulang dari sekolah,  padahal sudah diingatkan mbak pengasuh.  PE-ER lagi bagi kami
Sebelum  berangkat kuliah malam saya lihat dia bermain kapla.  Kapla adalah mainan dari kayu berbentuk balok-balok kecil yang bisa disusun sesuai dengan kreatifitas anak.  Hampir tiap hari Dina memainkannya.  Disitulah banyak sekali kreasinya.  Ada istana putri, ada mobil-mobilan permintaan adeknya,  ada prototipe rumah kecil lengkap dengan taman bermainnya.  Terkadang saya kagum juga dengan ide-idenya.  Namun yang sering jadi masalah kl sudah selesai dibiarkanlah mainan itu berantakan. Ujung-ujungnya mbaknya yang merapikan. Malam itu saya ingatkan kembali Dina untuk merapikan mainan kaplanya. Juga mukenanya setelah selesai shalat 
Pulang kuliah saya cek kembali kondisi rumah.  Mainan kapla sudah ditata kembali ditempatnya kecuali yang digunakan untuk  membuat kreasinya.  Biasanya tak boleh dirapikan sampai beberapa hari kemudian.  Mukena pun sudah dilipst,  tapi cuma ditaruh disofa depan televisi.  It's OK nak.  Bunda sudah senang engkau mulai terbiasa dengan latihanmu itu.  Bunda kan sabar mengingatkanmu tuk konsisten dengan latihan-latihan kemandirianmu.  Love u... M... M... Muahh.. 

Senin, 17 Juli 2017

Hari ke-empat

Tantangan hari ke-empat Senin,  17 Juli 2017
Sepulang kerja,  saya tak melihat buku berserakan.  Hi.. Hi... Ada dua kemungkinan.  Sudah dibereskan atau Dina tak membaca buku sama sekali. Hari itu, saya lupa tidak memberikan pesan baik kepada Dina maupun Mbak Pengasuhnya. 
Ketika saya tanyakan kepada Dina apakah seharian ini dia baca buku atau tidak.  Ternyata jawabannya memang tidak.  "Aku kan mengerjakan tugas bun",  begitu kata Dina. Karena hari Selasa adalah hari pertama masuk sekolah,  Dina menyelesaikan tugas membuat diary selama liburan yang selama ini belum dia kerjakan.  Meski saya cek buku diary,  ternyata hanya menuliskan catatan diary untuk satu hari saja.  Namun saya bersyukur,  dia sudah berinisiatif untuk mengerjakan tugasnya tanpa harus disuruh-suruh. 
Nah,  saya bingungnya narasi tantangan seperti apa yang harus saya tuliskan karena hari itu dina sama sekali tidak menyentuh buku-bukunya. 
Kalau bentuk kemandirian Dina yang lain yang saya rekam hari itu Dina sudah mempersiapkan sendiri perlengkapan sekolahnya untuk esok pagi.  Sebelum tidur, Dia memasukkan semua perlengkapan sekolahnya ke dalam tasnya.  Baru kemudian dia gosok gigi dan tidur.  Love mbak Dina deh. 
Dan untuk hari-hari berikutnya saya akan mengubah tantangan kemandirian  Dina. Karena sudah masuk sekolah dan kemungkinan waktunya habis disekolah, sehingga aktivitas membaca buku dirumah mungkin juga berkurang. 




Minggu, 16 Juli 2017

Tentang apa ya?

Hari ketiga pelaksanaan game kemandirian.  Ahad,  16 Juli 2017.
Hari ini kami banyak beraktivitas diluar rumah.  Kami pergi berenang ke taman indraloka.  Kami berangkat dari rumah pukul 09.30. Agak siang memang.  Hal tersebut dikarenakan kami harus menunggu Ayah pulang dari kegiatan tahsin.  Sebelum berangkat,  Dina lebih suka menonton fillm kartun dora emon kesayangannya.  Otomatis,  dia tidak menyentuh buku-bukunya sama sekali.  
Pulang dari berenang pukul setengah dua siang,  dilanjutkan dengan makan siang dirumah dan shalat.  Setelah itu saya berbaring sebentar(bukan tidur lho ya).   sementara itu dina asik bermain bersama adeknya.  Anak-anak memang energinya luar biasa,  tak mengenal kata capek.  Setelah shalat ashar,  Dina dan adeknya malah bermain diluar dengan teman-temannya hingga jam 5 sore.
Seharian Dina sama sekali tak menyentuh buku-buku yang biasanya walau cuma satu buah dia baca.  Saya pun agak kebingungan ketika harus menuliskan progres tantangan dihari ketiga ini. 
Namun beberapa hal yang saya amati terkait dengan hal rapi-merapikan.  Hari ini,  Dina mengembalikan kembali tasnya ditempat semula setelah dia mengambil buku Ummi dari dalam tasnya.  Kemudian,  ketika diingatkan tentang handuk yang masih berada didalam kanar setelah dia mandi,  dia langsung bergerak menaruh ditempat jemuran,  tidak pake ngambek dulu.  Akan tetapi untuk masalah mukena,  dia masih meletakkanya ditempat dimana dia shalat.  Meski sudah mau melipat dan merapikan,  namun masih sering lupa mengembalikan ke tempat mukena yang seharusnya.  Mungkin ini yang akan saya jadikan sebagai tantangan  dalam melatih kemandiriannya untuk hari-hari selanjutnya. 

Sabtu, 15 Juli 2017

Kejutan yang indah

Hari kedua pelaksanaan  game kemandirian yaitu Sabtu,  15 Juli 2017.
Selesai shalat subuh,  saya mengingatkan Dina.  "Mbak Dina lupa ya semalam? Kok buku-bukunya masih diatas sofa?". 
Dina pun menjawab,  "iya bun.  Dina langsung tidur.Tapi memang mengapa sih bun,  harus dirapiin? Ntar kan dibaca lagi? " Ternyata memberi pengertian kepada anak pentingnya melakukan suatu pekerjaan itu harus terus menerus ya.  Tidak bisa cuma sekali dua kali.  Padahal intinya sih sama.  Saya pun menjelaskan kembali kepada Dina pentingnya merapikan buku ataupun barangnya yang lain, misalnya mainan. 
Dan pagi harinya saya terkejut.  Setelah sarapan bubur,  Dina membereskan kembali buku bacaannya yang masih berserakan diatas sofa.  Dia kembalikan ke tempat semula sesuai dengan urutannya.  Alhamdulillah segala puji untukmu ya Rabb. 

Jumat, 14 Juli 2017

Jangan pernah lelah

Sebenarnya tantangan kemandirian ini sudah saya laksanakan sejak tgl 13 juli kemarin.  Namun berhubung sy sudah memutuskan untuk memulainya dihari ini,  maka dokumentasi sy mulai dari hari ini,jumat 14 Juli 2017.
Untuk si sulung,  mbak Dina (8th) saya memilih mengajarkan kemandirian dalam bentuk merapikan kembali buku yang sudah dia baca. Mungkin ini sangat terlambat, karena selama ini kami memanjakannya dan jarang melibatkan dia dalam proses pengurusan domestik rumah tangga.  Terimakasih IIP yang mengajarkan saya tuk mengoreksi kesalahan pengasuhan dimasa yang telah lewat.
 Alhamdulillah dirumah,  saya menyediakan koleksi buku yang cukup banyak untuk menumbuhkan minat bacanya.  Meski kadang masih kalah bersaing dengan televisi,  namun saya mencoba untuk terus memupuk semangat Dina membaca buku.  Bagi saya agak susah menerapkan teori satu buku selesai,  kembalikan,  baru boleh ambil buku yang lain.  Hal itu karena saya tidak mengawasi langsung ketika saya bekerja.  Sementara itu,  mbak pengasuh lebih suka merapikan sendiri daripada melibatkan dina.  Alhasil,  saya pun memodifikasi tantangan tersebut.  Ketika saya pulang,  saya ingatkan Mbak Dina untuk merapikan semua buku yang dia baca. Batas waktunya sampai dia aakan tidur.  Malam sebelumnya,  tantangan tersebut berhasil dilaksanakan.  Sehabis shalat isya,  saya ingatkan Dina untuk merapikan bukunya.  Meskipun tetap dengan bantuan dari saya,  karena bukunya lumayan berat,  dia bersedia merapikan kembali buku tersebut sesuai dengan urutannya. Naamun,  malam ini...jreng...jreng..jreng. Saya sampai rumah pukul 21.00 sepulang dari kuliah malam.  Anak-anak sudah tidur dan saya lihat,  buku masih menumpuk di sofa. Itu artinya Mbak Dina tidak mengembalikan buku tersebut dan merapikannnya ditempat semula.  Belum berhasil dihari pertama.  Barangkali Mbak pengasuh juga lupa untuk  mengingatkannya.  Tidaklah perlu sesal dan lara,  karena bagi saya itu menjadi sebuah tanda.  Saya sebagai Bundanya yang paling bertanggung jawab akan itu semua.  Untuk tak pernah jemu dan lelah membimbing dina.  Melangkahkan kaki setapak demi setapak melewati tangga menuju kemandiriannya.